Kreativitas Tiada batas

Kali ini Tantangan Mamah Gajah Ngeblog mengeluarkan tema tentang makanan. Mamah Hani dan Mamah Meta yang suka banget masak inilah yang mengusulkan tema ini. Aku sendiri suka memasak, tetapi tidak sampai bisa dikatakan hobi juga, sih. Yah, sekedarnya saja.

Bicara tentang makanan, bukan hanya seputar kesukaan atau resepnya saja. Bukan pula hanya sekedar menyebut daerah mana mempunyai makanan khas apa saja. Berbicara tentang makanan bisa juga tentang kisah di balik keberadaan makanan itu. 

Makanan favoritku

Ah, tiba-tiba saja teringat bakwan. Bakwan adalah salah satu makanan favorit ku. Setahuku, bakwan itu terbuat dari irisan sayur seperti wortel, kubis, tauge, dan daun bawang. Sewaktu kecil, aku melihat bagaimana caranya ibuku membuat bakwan. Irisan sayur sayuran itu dimasukkan ke dalam adonan tepung berbumbu. Adonan sayur itu diambil dengan sendok sayur, kemudian dimasukkan/direndam ke dalam penggorengan. Adonan tidak dilepas begitu saja, ditunggu beberapa saat hingga adonan yang melekat pada sendok sayur sedikit mengering. Selagi menunggu, potongan udang disematkan di atas adonan itu. Bakwan kemudian dilepaskan ke dalam penggorengan untuk dimatangkan.

Dengan begitu, bentuk bakwan memang khas. Adanya udang di permukaannya itu pun telah menjadi pelesetan ungkapan “ada udang dibalik batu’ menjadi “ada udang dibalik bakwan”. 

Gambar dari Cookpad

Informasi dari mbah Google, asal mula bakwan adalah dari Tiongkok. Nama bakwan sendiri berarti daging berbentuk bola atau bola daging (bak berarti daging, wan berarti bola). Namun, jika bakwan adalah bola daging, bakso adalah bola daging yang sebenarnya dan sering kita jumpai. Penggunaan irisan sayuran itu adalah sebagai pengganti daging, karena ada orang-orang yang tidak mampu membeli daging.

Kalau tanya melalui Chat gpt, jawabannya adalah bakwan merupakan hidangan Tionghoa-Indonesia yang disebut “bakwan sayur” atau “jiu hu eng chai” dalam bahasa Tionghoa Hokkian. Hidangan ini terdiri dari campuran sayuran seperti wortel, kubis, dan daun bawang yang dicampur dengan adonan tepung terigu dan telur, kemudian digoreng hingga garing.

Nah, mana yang benar? Entahlah. Yang jelas, bakwan telah menjadi makanan Indonesia. Seiring waktu, bakwan mulai disesuaikan dengan selera lokal di Indonesia dan variasinya pun berkembang. Beberapa daerah memiliki versi bakwan dengan tambahan bahan seperti udang, daging ayam, atau daging babi cincang. Bakwan juga sering dihidangkan dengan saus cabai atau saus kacang untuk memberikan cita rasa tambahan. Kalau aku, makan bakwan sudah cukup ditemani dengan cabe rawit saja. Itu saja sudah nikmat sekali.

Sebagai camilan, bakwan banyak dijual bersama produk gorengan lain seperti pisang goreng, tahu isi, tempe mendoan, ubi goreng dan singkong goreng. Di Jawa Tengah, bakwan disebut ote-ote. Di Jawa Barat, bakwan disebut dengan bala-bala. Mungkin daerah lain punya nama khas tersendiri yang berbeda. 

Ote-ote (Jawa Tengah) atau bala-bala (Jawa Barat). Gambar dari Pinterest.

Tentang bala-bala, aku pernah mendengar kisahnya mengapa disebut bala-bala. Para ibu yang memasak di dapur seringkali melihat ada sisa atau remah-remah sayuran yang tidak ikut dimasak. Daripada menjadi sampah (dalam bahasa Sunda, sampah berarti bala), sisa-sisa sayuran itu diolah menjadi makanan dan disebut sebagai bala-bala. Memang agak berbeda bentuk dengan bakwan udang yang saya tuliskan di atas. Ote-ote atau bala-bala digoreng dengan menuangkan adonan langsung ke dalam minyak panas. Dengan begitu, bentuknya tidak sama dan tidak bulat seperti kalau dibuat dengan sendok sayur.

Dibuang sayang

Kreativitas orang Indonesia memang tidak diragukan lagi. Selain makanan pokok yang sudah ada dan khas untuk setiap daerah, ada banyak makanan atau camilan yang memanfaatkan bahan makanan sisa. Selain bakwan, seblak adalah salah satu yang menarik untuk kita bahas. 

Seblak adalah salah satu makanan khas Indonesia yang berasal dari Bandung, Jawa Barat. Cerita di balik seblak cukup menarik karena awalnya merupakan hidangan yang dibuat dari bahan-bahan sederhana dan murah, seringkali terbuat dari bahan yang tersisa atau sisa makanan lainnya.

Seblak terdiri dari campuran kerupuk basah, mie, telur, sayuran seperti kol atau wortel, dan bumbu rempah khas seperti bawang putih, cabai, dan kecap manis. Semua bahan tersebut kemudian dimasak bersama hingga matang dan bumbunya meresap.

Awalnya, seblak dimakan sebagai makanan pinggir jalan atau jajanan di sekolah. Bahan baku seblak terdiri dari aneka kerupuk mentah, makaroni mentah yang diseduh dengan kuah berbumbu. Pertama kali aku mencicipi seblak, aku merasa tidak cocok dengan makanan ini. Namun, seiring dengan popularitasnya yang meningkat, seblak kini telah menjadi makanan yang sangat populer di seluruh Indonesia, bahkan memiliki variasi dan modifikasi rasa yang beragam sesuai dengan selera masing-masing daerah. Tinjauan gizi pun ikut memberi pertimbangan sehingga sajian seblak pun ditambah dengan adanya ceker ayam dan atau telur, serta sawi sebagai sayuran yang melengkapi hidangan. 

Makanan Indonesia lainnya yang berasal dari memanfaatkan bahan makanan sisa adalah:

1. Sayur Asem: Sayur asem adalah hidangan sup asam yang terbuat dari campuran sayuran seperti kacang panjang, daun melinjo, labu siam, dan terong, yang dimasak bersama dengan bumbu asam. Sayur asem seringkali menggunakan sisa-sisa sayuran yang ada di dapur.

2. Rujak: Rujak adalah hidangan salad buah yang terbuat dari campuran buah-buahan segar yang disajikan dengan saus bumbu kacang atau saus asam pedas. Rujak seringkali menggunakan berbagai jenis buah yang tersisa di rumah.

3. Sayur Bening: Sayur bening adalah hidangan sup ringan yang terbuat dari berbagai jenis sayuran seperti bayam, kacang panjang, wortel, dan labu, yang dimasak dalam kaldu bersama dengan bumbu-bumbu sederhana. Sayur bening biasanya dibuat dari sisa-sisa sayuran yang ada di rumah.

4. Gado-gado: Gado-gado adalah hidangan salad sayur yang terbuat dari campuran sayuran segar seperti kacang panjang, tauge, kentang rebus, dan telur rebus, yang disajikan dengan saus kacang. Gado-gado seringkali menggunakan sisa-sisa sayuran dan telur yang tersedia di dapur.

Penutup

Makanan-makanan tersebut merupakan contoh bagaimana masyarakat Indonesia kreatif dalam memanfaatkan sisa-sisa bahan makanan untuk menciptakan hidangan yang lezat dan bergizi.

Kalau mamah, suka yang mana?

Published by SariInspirasi

Adalah saya yang begitu terpana dengan segala gerak hidup yang terjadi di dalam diri, di sekitar, sejauh mata memandang, dan di sepanjang jalan kehidupan ini. Terkadang berpuisi, namun akan dengan ringan jari ini mengetikkan kata ketika bibir ini merasa tersumbat untuk mengatakannya.

13 thoughts on “Kreativitas Tiada batas

    1. Di kaltim disebutnya ote ote juga. Tp berbentuk tidak acak seperti bala2. Dan kalau gorengan disini khasnya ada sambal petis.

      makanya pas di Bandung kalau beli gorengan suka kangen dengan sambal petisnya. Pisang goreng pun dicocolin juga cocok

      Liked by 1 person

  1. Aku suka semua!
    Tapi aku paling suka bala-bala sih. Aduh, bisa lupa diri kalau ada bakwan dan sambal kacang 😭 Godaan terbesar saat buka puasa, apalagi kalau bala-balanya dibuat tipis-tipis sehingga sangat renyah. Aduhai.

    Liked by 1 person

  2. Tanpa sengaja aku beli bakwan sayur ini online, ternyata persis kaya bakwan di gambar ini. Enak banget emang. Dan baru ngeh sayur asem juga termasuk ya menu untuk olah makanan sisa. Orang Indonesia kreatif juga ya

    Liked by 1 person

  3. Kuliner Indonesia memang tak ada bandingannya. Apalagi ote-ote, yang dibarengi dengan nyeplus lombok ehehe. Mba Sari tahu artinya ‘nyeplus lombok’ endak Mba? Istilah Jawa jadul untuk ‘makan cabe’.

    Kalau ditanya “suka yang mana?”. Jawaban saya adalah ya jelas semuaaa, Mba. Rujak, gado-gado, sayur asem (tambahin sambel trasi makin sedhap berlipat), jangan bening (yang ini pun makin maknyusss pake sambel trasi dan bakwan jagung). Masya Allah… 😭🤤🤤🤤

    Like

  4. satu lagi olahan makanan sisa khas indonesia: nasi goreng!

    aku baru tahu kalau seblak itu olahan makanan sisa. Aku pikir hanya dibuat dari kerupuk baru yang mentah. Ternyata isinya bisa macam-macam ya.

    Like

  5. Aku suka semua, kecuali seblak (belum pernah sebetulnya nyobain…tapi anakku seneng bangeet…malah bikin sendiri yg lagi hip tuh Seblak Rafael (??))…hehe

    Bala-bala udahlah paling joz pake cengek…sehahhh…

    Like

  6. Bala-bala atau bakwan yang kemudian dari teh Sari aku juga baru tau punya nama lain ote-ote ini, emang paling menggoda dengan bentuk gak jelas karena kol, wortel, dan segala pengisinya dalam posisi mengsal-mengsol ya. Dulu pas SD di kantin, ada mamahnya temen yang jual bakwan, dituang pakai saus sambel adududuh kalau mau jajan dengan uang jajan pas-pasan galau milih bakwan mana yang paling krispi karena kolnya paling offset. Kelamaan milih. Hihihi.

    Liked by 1 person

  7. Bakwan yang berbentuk sendok sayur, di atasnya ada udangnya itu udah jarang aku liat. Kebanyakan sekarang bakwan freestyle. Tapi tetep enak. Dan tetep ga boleh banyak2. Duh!… 😋

    Liked by 1 person

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started